Amerika Serikat tidak menyerang Iraq untuk minyak. Kenyataannya mereka telah menghabiskan miliaran dolar untuk perang ini dan yang paling banter mereka dapatkan ketika keluar dari Iraq adalah untuk mendapatkan uang mereka kembali. Jadi minyak hanyalah sebagai kompensasi besar saja.
Yang benar adalah bahwa sama seperti Israel yang menyerang Libanon untuk membuat Hizbullah terlihat seperti pahlawan, AS menyerang Iraq sebenarnya untuk membuat Muqtada al-Sadr sebagai pahlawan Iraq.
Lihatlah, sejak Pemerintah Saddam Hussein dihancurkan oleh AS, Moqtada al-Sadr didudukkan untuk mengambil alih Iraq. Inilah sebabnya mengapa kita melihat bahwa media mainstream (yang dikendalikan oleh orang yang sama yang mengontrol Pemerintah) berbicara tentang menentang perang dan pertentangan itu dikendalikan oleh begitu banyak golongan kiri palsu.
Perang di Afghanistan dibungkam oleh media kiri palsu dan mengatur protes yang mengabaikan Afganistan, dan hampir seluruhnya berkonsentrasi ke Iraq sebagai gantinya.
Kita juga melihat bagaimana penyiksaan Abu Ghurayb tersebar di semua surat kabar utama dan TV. Ini adalah surat kabar dan saluran TV yang sama yang telah menyensor 99% kebenaran tentang peristiwa dunia dan menutupi sebagian besar kejahatan Pemerintah barat. Semua orang tiba-tiba tampaknya berbalik melawan perang Iraq.
Kita juga melihat bagaimana Pemerintah AS menuduh Iraq memiliki WMDs (Weapon Of Mass Destruction), tapi sampai saat ini tak pernah terbukti.
Ini adalah pemerintah yang sama yang telah menutupi apa yang sebenarnya terjadi pada 9 / 11. Setelah serangan WTC, Pemerintah Amerika Serikat segera menyalahkan Al-Qaeda, dan Osama bin Laden. Segala cara dilakukan untuk mencoba dan meyakinkan orang bahwa bin Laden bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Tetapi sekali lagi, ketika menyangkut masalah Iraq, hal-hal itu menjadi berbeda. Para politisi AS baru saja keluar dan mengakui bahwa mereka tidak menemukan WMDs, sehingga dengan sengaja dan kebetulan membuat perang tidak populer.
Bush juga menuduh Saddam terlibat dalam 9 / 11, tapi aneh, ia kemudian menyangkalnya. Kenapa dia menyangkal? Jika dia berbohong di fase pertama, mengapa ia tidak terus berbohong? Jika ia tidak punya bukti di fase pertama, mengapa tidak ia terus berbohong tanpa bukti? Atau mungkinkah bahwa dia dengan sengaja ingin dilihat sebagai pembohong, sehingga perang Iraq dan sayap kanan AS akan dilihat sebagai sesuatu yang lebih tidak populer lagi.
Collin Powell mengakui bahwa Iraq sama ssekali tidak memili WMDs. Dan pertanyaan yang sebenarnya adalah, mengapa Amerika Serikat khawatir tentang senjata Kimia dan bom Hayati Iraq, ketika justru sebalijnya Iran telah lama diduga membuat bom nuklir?
Tentu senjata nuklir harus menjadi perhatian yang lebih besar. Tapi anehnya Amerika dan media Barat hanya berbalik mata terhadap Iran setelah jelas bagi seluruh dunia bahwa Iraq tidak memiliki WMDs.
Dengan kata lain, jika sekarang Amerika Serikat menuduh Iran membuat WMDs, tidak ada yang percaya karena mereka telah berbohong tentang Iraq.
Tetapi pertanyaan sebenarnya adalah mengapa mereka tidak menyerang Iran sebelum Iraq? Padahal, menurut kabar entah darimana, Iran konon adalah musuh terbesar AS saat ini terbesar di Timur Tengah, dan sementara Saddam bekas sekutu AS.
Iran juga merupakan tetangga Afghanistan, sehingga lebih mudah bagi AS untuk memindahkan pasukan dari Iran ke Afghanistan dan begitu pula sebaliknya dari Afghanistan ke Iran.
Sekarang media berlomba-lomba memberitakan kepada kita agar berpikir bahwa Amerika ingin menyerang Iran setelah Iraq. Mungkin dalam hal ini sebenarnya ada sesuatu yang lain. AS tidak menyerang Iran karena mereka sama sekali tidak ingin menyerang Iran.
Jika kita masih ingat, mungkin kita akan ingat bahwa ketika pertama AS menyerang Iraq, seorang ulama Syiah dengan nama Moqtada al-Sadr muncul, dan mengklaim bahwa rakyat bangkit melawan penjajah dan membebaskan Irak.
Media tiba-tiba berkonsentrasi pada dirinya, meskipun ia dan pasukannya telah melakukan sangat sedikit usaha dalam memerangi tentara Amerika. Tentara Moqtada al-Sadr, yang ia sebut sebagai "Tentara Mahdi," terlihat sebagai kekuatan yang serius yang harus diperhitungkan. Mereka dipandang sebagai "Hizbullah" dari Iraq. Kenyatannya, mereka erat bersekutu dengan "Hizbullah" dan mereka selalu memuji Hasan Nasrallah.
Tidak diragukan lagi bahwa Moqtada al-Sadr dimaksudkan untuk menjadi Nasrallah dari Iraq. Dengan kata lain, rencananya bahwa ia akan bangkit melawan AS, dan AS kemudian akan meninggalkan Iraq dnegan tiba-tiba. Sadr kemudian akan dianggap sebagai pahlawan dan penyelamat Iraq, dan dengan perginya Saddam pergi, Sadr akan mengambil alih Irak dan akhirnya menyerahkannya kepada Iran. Inilah skenario terburuk yang pernah dibayangkan oleh semua pengamat politik.